Rahim Pengganti

Bab 156 "Athalla Sargantara"



Bab 156 "Athalla Sargantara"

Bab 156     

Athalla Sargantara     

Hidup selama 23 tahun, membuat Athalla banyak sekali perubahan bahkan di usianya yang masih terlalu dini, diri nya sudah menjadi seorang dosen termuda di salah satu kampus kedokteran yang juga merupakan milik keluarga nya. Terlahir sebagai anak yang tidak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu membuat Athalla tumbuh dengan kemandirian yang luar biasa.     

Sebagai anak tunggal membuat Atha mendapatkan semua nya namun, meskipun material di dapatkan nya kasih sayang dari keluarga secara utuh yang tidak sempurna di dapatkan oleh Atha.     

"Tha, makan dulu nak."     

Atha yang sudah bekerja sebagai dosen sekaligus pemimpin sebuah perusahaan yang menjadi peninggalan kedua orang tua nya. Membuat Atha, harus bekerja dengan sangat keras bahkan 24 jam rasa nya sangat kurang.     

"Sebentar bunda," jawab nya. Atha saat ini tinggal bersama dengan bunda Iren, wanita yang sudah berumur itu masih terlihat sehat. Setelah kepergian tante Elsa, Atha sepenuhnya di rawat oleh bunda Iren. Namun, wanita itu hanya mengasuh Atha di saat om Arga pergi ke kantor setelah om Arga pulang dari kantor maka bunda Iren akan pulang, begitu terus menerus hingga om Arga harus menyusul Tante Elsa untuk selamanya di usia Atha yang ke 10 tahun.     

Kejadian tiga belas tahun lalu, itu benar benar membuat Atha begitu terpukul. Kasih sayang yang tidak pernah sempurna diri nya dapat kan dan luka lama atas kepergian sang ibu harus kembali terulang, saat om Arga juga menyusul Tante Elsa.     

Namun, bunda Iren selalu berada di samping Atha menjadi seseorang yang selalu mensupport Atha dalam segala hal, bahkan dibangku sekolah pun seperti itu, Atha hanya menyelesaikan bangku SMP dan SMA selama 3 tahun, semua itu karena Atha memang memiliki otak yang luar biasa jenius.     

"Ini di meja makan, waktu nya makan. Kerjaan kantor kamu, sama kampus bisa di selesaikan nanti," ucap bunda Iren. Mendengar hal itu membuat Atha langsung meletakkan tablet nya lalu mulai menyendokkan makanan ke dalam piring nya. Hidup bersama bunda Iren membuat Atha seperti mendapatkan ibu dan ayah dalam satu tubuh, dan hal itu benar benar membuat Atha sangat bersyukur.     

"Makan yang banyak. Bunda sengaja masak ini buat kamu," jelas bunda Iren. Atha menatap ke arah bunda nya, pria itu sudah mengatakan untuk tidak memasak, Atha adalah sosok pria yang begitu mencintai perempuan apalagi bunda Iren. "Bund, Atha sudah bilang loh. Kalau nggak usah masak lagi, nanti bunda capek. Atha udah bayar orang untuk masak, beres beres dan semua nya. Bunda hanya tinggal duduk aja," ucap Atha.     

Bunda Iren tersenyum, seperti ini lah Atha pria itu tidak akan pernah mau melihat jika bunda Iren kesusahan, karena bagi Atha bunda Iren adalah segalanya. Sehingga apapun yang dilakukan oleh bunda Iren yang berat berat itu tidak cocok, padahal yang dilakukan oleh bunda Iren hanya hal biasa saja.     

"Iya sayang, bunda hanya pengen masak sesekali aja kok. Terus, bunda juga masak nya gak sendirian bareng sama mbak juga. Kamu makan yang banyak," ucap bunda Iren.     

Keduanya lalu melanjutkan makan nya, dengan begitu lahap masakan bunda Iren memang tidak ada dua nya, selalu mantap di rasakan.     

"Assalamualaikum, Oma … uncle Atha, Bagas datang!!" teriak Bagas.     

Bagas adalah anak kedua dari Siska dan Elang, adik Sekar. Anak laki laki itu, akan selalu berkunjung ke rumah ini, dengan alasan rumah Atha lebih enak untuk membuat tugas, padahal nyata nya karena di rumah ini tidak ada Sekar yang akan mengganggunya.     

"Itu anak pasti berantem lagi sama kakak nya, maka nya datang ke sini," ucap Atha.     

Bagas berjalan menuju, dapur anak laki laki yang baru SMA itu tapi memiliki tingkah laku seperti anak SD jika sedang berantem, langsung saja duduk di kursi samping Atha.     

"Cuci tangan dulu, sana nggak boleh langsung comot," ucap bunda Iren. Bagas yang baru saja ingin menggambil tahu mengurungkan niat nya dan segera menuju dapur. "Udah bersih Oma, nih," tunjukkan nya. Bunda Iren lalu menganggukkan kepala nya, dan mulai mengambil makanan untuk diletakkan di atas piring miliknya.     

"Kak Siska di rumah nggak pernah ngasih makan Bund? Kenapa ini anak selalu kelaparan kalau ke sini," ucp Atha. Di usia yang masih sangat muda menurutnya diri nya sudah memiliki lima orang keponakan. Bahkan satu orang keponakan nya, memiliki usia yang sedikit jauh dengan nya. Meskipun seperti itu, Atha tetap di hormati oleh semua keponakan nya. "Om Atha gak boleh pelit pelit ya, Bagas anak baik loh," ucap Bagas. Melihat tingkah laku Bagas hanua bisa membuat mereka yang ada di sana geleng geleng kepala, anak itu begitu luar biasa terkadang Atha sering kesal jika keponakannya itu datang tapi meskipun seperti itu, tingkah Bagas memang sangat lucu.     

"Mami dan papi kamu tahu, kalau Bagas ke sini sayang?" tanya bunda Iren. Bagas hanya menampilkan senyuman nya dan itu artinya kedua orang tua nya tidak tahu jika diri nya berada di sana. Bunda Iren hanya bisa geleng geleng kepala, melihat tingkah laku cucu nya selalu bisa membuat semua orang tertawa dengan tingkahnya. "Ya sudah habis makan, kasih kabar sama Mami dan Papi. Biar mereka gak khawatir," perintah bunda Iren.     

"Oma aja yang nelpon ya, aku gak ada pulsa," ucap Bagas dengan enteng nya. Mendengar hal itu hampir saja membuat, Atha menyemburkan air yang baru saja diri nya minum. "Ini zaman apa sih gas, sampai gak ada pulsa. Telpon dari wa juga kan bisa. Jangan bilang, gak ada kuota ya, di rumah ini ada jaringan Wi-Fi nya loh. Kamu kalau mau kasih alasan ya, benar benar sedikit loh," balas Atha.     

Bagas tersenyum, mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Atha. Om nya itu memang terbaik jika dalam posisi seperti ini, membuat Bagas tidak bisa berkelok lagi. "Ya sudah om Atha aja yang telpon Mami, kalau aku yang nelpon gak bakalan di dengerin. Pasti nanti disuruh Papi jemput," ucap Bagas. Atha menghela nafas nya, pria itu sudah tahu akan berujung kemana urusan tersebut dengan segera Atha mengambil ponsel nya dan menghubungi nomor Siska.     

Panggilan pertama, kedua, ketiga, hingga keempat belum juga di jawab oleh Siska, hal itu membuat Atha kembali meletakkan ponsel nya.     

"Nggak di angkat. Lagi bikin adek buat kamu kayak nya gas," ucap Atha. Seketika raut wajah Bagas cemberut, laki laki itu tidak suka mendengar apa yang diucapkan oleh Atha. Bagaimana mungkin diri nya, memiliki seorang adik di usia seperti ini. Bagas tidak akan pernah rela, diri nya tidak suka dengan hal tersebut. "Atha," tegur bunda Iren.     

"Lihat om Atha Oma. Masa bilang gitu, Bagas gak mau punya adik, gak suka!!" ucap Bagas dengan bibir yang maju. Atha semakin membuat keponakan nya itu kesal dengan apa yang terjadi, bunda Iren hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah laku mereka yang memang seperti ini, selalu saja ada hal yang membuat mereka tidak akur dan kembali akur.     

***     

Selesai makan malam, Atha seperti biasa akan duduk di ruang keluarga sambil bermain PlayStation, begitu juga dengan Bagas jika di rumah Atha maka pria itu akan menikmati semua fasilitas yang ada, dan yang pasti Atha jadi punya teman untuk main. Sedangkan bunda Iren, duduk tak jauh dari mereka berdua wanita yang sudah tidak muda lagi. Namun, masih terlihat sangat cantik itu sedang duduk dengan majalah fashion ada di tangan nya, tak lupa sesekali bunda Iren mengusap kepala Atha yang menyender di kaki nya.     

"Oma jangan pilih kasih dong," ucap Bagas dengan raut wajah yang di tekuk. Melihat hal itu, membuat bunda Iren bingung wanita itu menatap ke arah Bagas. "Kenapa, emang Oma pilih kasih sama siapa?" tanya bunda Iren.     

"Kepala om Atha di usap usap. Kepala aku nggak," ucap nya dengan mulut yang sudah maju.     

"Badan SMA tapi tingkah masih kayak anak SD," sindir Atha.     

Bagas menjulurkan lidahnya, pria itu sedang berusaha membuat Atha kesal namun, hal itu tidak mungkin terjadi karena Atha yang malahan membuat Bagas kesal dengan apa yang diri nya lakukan.     

Di lain tempat, Siska dan Elang baru saja sampai di rumah mereka. Kedua nya bingung ketika melihat keadaan rumah tiba tiba sepi, apa lagi mereka tahu bahwa jika Bagas ada di rumah maka tingkat kesepian itu tidak akan mungkin terjadi namun, kali ini sunyi senyap.     

"Mbok … mbok … mbok!!" panggil Siska.     

Seorang wanita paruh baya, yang sudah ikut mereka sejak Sekar lahir hingga saat ini. Asisten rumah tangga yang di carikan oleh sang mertua demi bisa membantu Siska dalam mengurus anak dan rumah.     

"Iya Bu," jawabnya. Wanita yang bersama Jumik itu segera mendekati, Siska dan Elang yang sedang duduk di sofa ruang tamu tak lupa diri nya membawakan air untuk kedua nya. "Diminum dulu ibu dan bapak," ucap Jumik. Siska langsung memberikan cangkir untuk sang suami, "Mbok Bagas mana?" tanya Siska.     

"Den Bagas bilang tadi mau ke rumah nyonya Iren ibu," jawab mbok Jumik. Mendengar hal itu seketika, Siska mengecek handphonenya dan benar saja ada panggilan yang masuk ke dalam ponsel nya. "Biarin aja, dia bosen gak ada teman berangkat sih kakak juga lagi sama Acha."     

"Ibu dan bapak mau makan malam apa?" tanya mbok Jumik.     

"Gak usah mbok. Kita udah makan di luar, mbok istirahat aja," jawab Elang.     

Wanita itu lalu pamit undur ke belakang, sedangkan kedua nya masih berada di sana. Kepala Elang sudah berpindah ke pangkuan sang istri, pria itu memejamkan mata nya. Sedangkan Siska masih sibuk dengan ponsel nya membalas beberapa chat yang masuk baik dari Carissa, bunda Iren, bahkan dari anak gadis mereka yang saat ini sedang jalan jalan ke Bandung.     

Elang lalu mengajak istri nya masuk ke dalam kamar mereka, di dalam kamar Siska langsung masuk ke dalam kamar mandi, saat Elang ingin ikut bergabung pintu kamar mandi ternyata di kunci dari dalam, hal itu membuat Elang berteriak kencang.     

"Sayang!!!" pekik Elang dari luar, pria itu berencana mau mandi bersama dengan istri nya diurungkan karena Siska sudah mengunci pintu lebih dulu, Siska di dalam sana sudah tertawa bahagia. Wanita itu sengaja melakukan nya, karena jika sang suami masuk ke dalam kamar mandi maka hal yang tidak terhingga akan terjadi, dan Elang tidak akan cukup sekali pria itu akan meminta berkali kali.     

Dua puluh menit, berlalu Siska sudah keluar dari dalam sana, hal yang pertama kali diri nya lihat adalah sang suami yang duduk di sofa kamar dengan wajah di tekuk kesal, hal itu membuat Siska tertawa.     

"Masuk sana kamar mandi mas, udah malam ntar kamu jadi rematik," ucap Siska. Mendengar ucapan dari sang istri membuat mata Elang melotot dengan sangat tajam. Bagaimana bisa istrinya mengatakan hal seperti itu, "Kamu mau doain aku gitu yang?" tanya Elang.     

Siska tersenyum, wanita itu langsung mendekati suami nya, dengan handuk yang masih menutupi seluruh badan nya Siska berjalan mendekati Elang. "Nggak ada yang doin kamu loh mas, aku cuma bilang untuk kamu mandi gih udah malam. Biar bobok nya, lebih mantep lagi, sekarang kamu mandi ya," ucap Siska sambil mengedipkan mata nya, mendapatkan perlakuan seperti itu bukan nya membuat Elang segera masuk ke dalam kamar mandi malahan membuat Siska di tarik mendekat ke arah suami nya.     

Kedua tubuh mereka saling terhimpit oleh sagu dengan lain nya dan hal itu membuat Siska sadar dengan apa yang sudah diri nya lakukan. Membuat Siska hanya bisa pasrah dengan akhir yang akan terjadi.     

"Kamu tadi doain aku, sekarang kamu godain aku," ucap Elang. Tangan pria itu sudah mengusap lembut seluruh wajah Siska, jari telunjuk pria itu berjalan dan membelai bibir manis yang selalu menjadi tempat terbaik untuk Elang, bibir yang menjadi candu diri nya.     

"Kamu ingat gak dulu, hubungan ini berjalan karena tanpa sengaja kita ciuman karena habis nonton film," ucap Elang.     

Siska tersenyum, jika saat itu diri nya tidak merasakan bibir manis Elang mungkin sampai saat ini dirinl nya masih terbelenggu dal masa lalu yang tidak baik untuk dikenang.     

Bibir kedua nya menyatu, ciuman yang begitu mesra di berikan oleh Elang. Lumatan lembut mengiringi ciuman tersebut, bibir manis seperti gula yang selalu menjadi candu dan objek kesenangan bagi Elang. Tangan nya sudah menahan tengkuk sang istri, agar ciuman ini semakin dalam lagi membuat Elang dan Siska saling membalas satu dengan lain nya, hingga bibir Elang mengecup sampai menuju leher istri nya.     

Sebuah tanda cinta yang selalu diukir oleh Elang, tercipta dengan begitu baik. Ukiran demi ukiran terbaik tercipta di sana, desahan kecil keluar dari mulut Siska. Suara yang begitu merdu dan menghanyutkan untuk Elang.     

***     

Elang sudah keluar dari dalam kamar mandi, pria itu membersihkan diri nya lebih dulu karena baru saja dari luar. Setelah itu Elang langsung menyerang istri nya yang sudah berada di atas tempat tidur. Siska kaget dengan kedatangan suami nya yang langsung menindih diri nya.     

Kabut gairah itu terlihat dengan jelas dari mata Elang, tangan Siska membelai wajah suami nya rambut rambut halus yang ada di wajah semakin membuat Siska terpesona dengan suami nya.     

"Ahhh!!" Suara yang begitu merdu, keluar dari mulut Siska saat tangan Elang membelai kedua bukit kembar milik Siska, kedua insan itu lalu memadu kasih suara indah dari mulut dan kasur mengiringi kegiatan panas yang kedua nya lakukan.     

Umur Elang yang tidak muda lagi, bukan menghalangi kedua nya melakukan hubungan ini dengan tidak semangat, malahan terlihat lebih bergairah lagi. Elang selalu bisa membuat Siska tidak bisa berkutik dalam dekapan sang suami.     

Elang sudah seperti bayi yang kelaparan, pria itu menghisap kedua bukit kembar milik Siska secara bersamaan. Hisapan yang begitu dalam, membuat rasa nyeri dan juga nikmat bercampur jadi satu. Gerak yang dilakukan oleh Elang juga, semakin cepat.     

"Ahhhhh!!!" pekik Siska saat diri nya mencapai puncak nirwana. Sedangkan Elang masih melanjutkan kegiatan nya, pria itu semakin kuat menghentakkan miliknya dan dengan erangan kuat, akhirnya Elang juga ikut menyemburkan cairan cinta mereka.     

Nafas kedua nya masih terdengar dengan sangat jelas, Elang belum beranjak dari atas istri nya. Seolah tenaga itu masih ada, Elang membawa sang istri ke atas kegiatan tadi kembali terjadi, entah hingga berapa lama yang jelas malam ini kedua nya akan menghabiskan waktu mereka bersama menikmati malam tanpa ada gangguan.     

***     

Sudah selama satu Minggu ini, Atha tidak mengajar dan baru hari ini diru nya kembali mengajar di kampus tempat Gina berada.     

"Bund, aku berangkat duluan ya," ucap Atha. Bunda Iren yang sedang memakan makanan nya, segera menganggukkan kepala nya.     

Mobil yang dikendarai oleh, Atha segera keluar dari komplek perumahan elite yang hanya beberapa orang saja yang memiliki rumah di tempat tersebut. Bagaimana tidak harga rumah yang hampir 3,5 milyar itu memang hanya cocok untuk orang orang kalangan atas seperti Atha.     

Rumah yang Atha beli, dari hasil mengajar. Atha dan bunda Iren baru beberapa tahun tinggal di sana, selama ini Atha masih menempati rumah kedua orang tua nya, dan beberapa tahun lalu diri nya berencana untuk pindah, dengan bantuan Bian dan juga Elang akhir nya Atha memilih rumah yang terlihat sederhana dari luar namun, saat masuk begitu mewah.     

Banguan rumah ini, jika dilihat dari luar hanya memiliki satu tingkatan tapi nyatanya rumah tersebut dua tingkat, apalagi kolam renang yang begitu luas serta halaman belakang yang seperti lapangan basket. Atha sengaja membuat hal itu, diri nya ingat saat mendiang om Arga masih hidup, beliau mengatakan ingin membangun rumah yang sangat besar supaya seluruh keluarga bisa menginap di rumah jika ada acara atau apapun yang mengharuskan semua nya datang. Dan impian itu, sedikit demi sedikit terwujud, oleh Atha meskipun mama dan papanya sudah tidak ada lagi.     

Semua mahasiswi menatap dengan kagum ke arah Atha saat diri nya baru saja keluar dari dalam mobil. Penampakan yang seperti ini, membuat Atha malas diri nya sudah berusaha datang lebih pagi supaya tidak bertemu dengan mereka mereka namun, nyata nya jalanan tidak bisa di ajak kerja sama. Macet panjang di daerah Sudirman, jalan protokol yang tidak jauh dari komplek Atha membuat diri nya harus berlama lama di jalan.     

Atha harus menghabiskan waktu di jalan sebanyak tiga puluh lima menit hanya untuk menerobos macet, padahal jika jalanan lancar lima belas menit Atha sudah sampai di kampus.     

"Selamat pagi pak Atha!" sapa Gina. Atha memasang tatapan tajam ke arah keponakannya yang semakin ahri semakin bikin Atha kesal. Apa lagi saat melihat Gina di antar oleh Daffa suami dari Gina yang umur nya jauh di atas Atha tapi karena pria itu menikahi Gina sehingga Atha memanggilnya mas dan Daffa memanggilnya dengan sebutan Om.     

"Hem."     

Hanya jawaban singkat yang diberikan oleh Atha, pria itu lalu pergi meninggalkan sang keponakan yang menurut Atha semakin hari semakin bucin dengan suami nya itu.     

Setelah sampai di meja nya, Atha menghela nafas nya berat. Sungguh pemandangan seperti ini, membuat Atha selalu kesal bagaimana tidak ruangan nya selalu penuh dengan boneka, bunga, coklat dan lain nya. Semua ini diberikan oleh fans fans Atha yang begitu banyak. Sejak dirinya mengajar di kampus ini, semua mahasiswi segala jurusan tiba tiba mengirimkan semua nya ke dalam kantor.     

Kantor yang hanya khusus untuk Atha, ini memang di desain begitu banyak meja sehingga mereka semua yang mengirimkan paket bisa langsung meletakkannya.     

Atha menekan tombol merah memangil OB yang selalu membersihkan kantornya. Tak lama OB yang sering di sapa pak Seno itu masuk.     

"Bapak tolong ambil semua nya. Boneka ini bisa bapak kasih sama anak bapak, atau bapak jual lagi. Begitu juga dengan coklat, lumayan untuk makanan anak anak pak," ucap Atha. Setiap pagi, pak Seno selalu mengambil hadiah hadiah tersebut, bahkan pernah pak Seno harus dua kali bolak balik rumah kampus semi membawa banyak nya barang tersebut.     

Atha juga sudah mengatakan kepada para mahasiswi nya untuk berhenti melakukan hal seperti itu, bahkan Atha sudah mengancam akan memberikan nilai C namun, masih saja mereka melakukan hal yang sama. Entahlah Atha tidak mengerti dengan maksud dari mereka yang seperti itu.     

Pukul 09.30 Atha masuk ke dalam kelas suasana kelas seperti biasa akan selalu hening ketika dirinya masuk. Atha juga tidak mengerti dengan julukan yang diberikan oleh mereka semua yang tiba tiba saja melekat kepada sebagai 'dosen kutub.'     

"Baiklah hari ini saya kasih waktu kalian untuk baca materi yang saya kasih selama lima belas menit, lalu setelah itu kita kuis."     

Semua mahasiswi dan mahasiswa yang ada di dalam kelas langsung protes namun, tetap saja Atha tidak peduli. Pria itu seolah tidak mendengarkan apa yang baru saja di keluhan oleh mereka.     

"Om Atha!!" gumam Gina kesal. Bukan hanya Gina, Sekar dan juga Acha juga. Apalagi Acha yang sedang tidak bisa berpikir, penolakan demi penolakan yang dilakukan oleh Dewa membuang wanita itu dengan mantapnya tidak mau berharap kembali dengan pria yang tidak ingin menerima dirinya.     

Lima belas menit berlalu, Atha sudah siap dengan beberapa soal nya. Pria itu lalu mulai mendiktekan soal soal tersebut. Pesona Atha saat berada di depan kelas benar benar membuat siapa saja yang melihat akan mulai terlena. Atha, pria yang terlihat dingin namun, tidak sama sekali. Jika di rumah Atha akan seperti orang pada umumnya, sikap yang terlihat hanya topeng yang Atha gunakan setiap hari nya.     

"Silakan di kerjakan. Waktu nya hanya empat puluh lima menit."     

Banyak orang yang mengeluh dengan hal itu namun, mereka hanya bisa mengeluh tanpa bisa mengungkapkan karena tidak sanggup menatap Atha yang begitu luar biasa tatapannya.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih buat semua nya yang sudah baca.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.